Dari Yang Muda Yang Progresif Untuk Indonesia Inklusif - Populasi kawula muda di Indonesia relatif besar. Berdasarkan data terbaru tahun 2021, dari 270 juta penduduk Indonesia secara keseluruhan, 27,9% diisi oleh kaum muda yang berusia 9 sampai 24 tahun. Atau kalau ditotal jumlahnya ada sekitar 74 jutaan. Diperkirakan 10 tahun kedepan Generasi muda yang disebut generasi Z ini akan melonjak hingga 38,8% dari jumlah total penduduk Indonesia atau sekitar 104 juta penduduk.
Tidak semua kaum muda Indonesia saat ini memiliki kesempurnaan. Banyak diantaranya yang menyandang disabilitas. Berdasarkan data terbaru penyandang disabilitas di Indonesia yang berusia 5 sd 24 tahun jumlahnya kurang lebih 5 juta jiwa. Ini tentunya jumlah yang relatif besar. Diantara jumlah tersebut, disabilitas karena kusta menjadi salah satu penyebabnya. Ada 11% kasus baru Kusta di Indonesia yang terjadi dan menyebabkan disabilitas.
Tidak dapat dipungkiri para penyandang disabilitas seolah dipinggirkan di masyarakat. Apalagi jika disabilitasnya karena kusta seolah menjadi hal tabu untuk didekati. Padahal mereka butuh ruang dan kesempatan yang sama dengan non disabilitas. Berkaitan dengan hal tersebut, KBR dan NLR Indonesia mengadakan webinar bertajuk "Yang Muda Yang Progresif, untuk Indonesia Inklusif"
Dalam webinar yang diadakan secara Live di Youtube pada hari Selasa 24 Agustus 2020 tersebut, menghadirkan Agustina Ciptarahayu selaku founder & CEO PT Botanina Hijau Indonesia dan Widya Prasetyanti selaku program development & Quality Manager NLR Indonesia. Seperti tema yang diusung yakni yang muda yang progresif untuk Indonesia inklusif, ada berbagai hal terkait kaum muda disabilitas dan kesempatan kerja yang dibahas di webinar tersebut.
NLR Indonesia Yang Komitmen Pada Penderita Kusta
NLR atau Leprastichting adalah organisasi nirlaba non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada tahun 1967. Di Indonesia, memulai kegiatannya pada tahun 1975 dengan memberikan bantuan ke Rumah Sakit Dr. Sutomo. NLR Indonesia memiliki komitmen untuk mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas yang salah satunya akibat kusta.
Widya Prasetyanti perwakilan NLR dalam webinar yang diadakan oleh KBR selasa pagi kemarin menegaskan pentingnya pendampingan bagi para penderita kusta. NLR Indonesia telah melakukan pendampingan di 13 provinsi dan 34 kabupaten/kota. NLR memberi perhatian lebih berbeda pada penderita kusta karena stigma yang jelek yang terlanjur melekat pada mereka.
Ada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang dialami penderita kusta. Peluang kerja juga relatif kecil. Hanya sedikit perusahaan yang mau menerima pasien kusta. Stigma tentang Kusta membuat pasiennya memiliki ruang gerak yang terbatas.
Aspek kesehatan menjadi perhatian utama bagi penderita Kusta. Diperlukan upaya pendampingan supaya mereka bisa mengakses layanan kesehatan hingga tuntas. Setelah sembuh pasien kusta sudah tidak akan menularkan lagi tapi tetap diperlukan pendampingan supaya diterima oleh masyarakat. Stigma buruk yang terlanjur melekat menjadi penghalang dalam berbaur dengan masyarakat. Belum lagi efek pasca kusta yang kadang membuat penderitanya jadi disabilitas. Itu makin membuat mereka rendah diri.
Menurut Widya, ada berbagai upaya yang dilakukan oleh NLR Indonesia dalam mewujudkan komitmen mereka terhadap pemberantasan kusta. Selain memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas kusta agar dapat memberikan andil positif bagi kemajuan hidup dan usaha mandiri, NLR juga melakukan roadshow dan bekerjasama dengan berbagai pihak.
Roadshow NLR Indonesia dilakukan di kampus, sekolah radio dan ruang publik lainnya. Diharapkan roadshow ini dapat menyadarkan masyarakat tentang penyakit kusta dan pendampingan yang harus dilakukan bagi penderita kusta. Kedepannya tidak ada lagi stigma buruk bagi penderita kusta dan penderita kusta baru bisa tertangani sedari dini.
Bagi warga kampus maupun masyarakat umum yang berminat jadi volunter di NLR Indonesia diterima dengan tangan terbuka. Tentunya nanti ada pihak yang verifikasi mengenai kelayakannya.
Bukti Nyata NLR Indonesia
Semenjak awal masuk di Indonesia hingga saat ini, NLR Indonesia telah banyak sekali melakukan pendampingan bagi penderita kusta. Salah satunya adalah Gebi Penderita Kusta yang berasal dari NTB. Kebetulan Gebi ini ikut bergabung via telepon dalam acara webinar ruang publik KBR bertitel Yang Muda Yang Progresif Untuk Indonesia INKLUSIF.
Tanpa pemahaman memadai tentang penyakit kusta yang dideritanya, Geby terlambat menyadari sampai mengalami mati rasa di bagian kaki. Meskipun termasuk lumpuh ringan namun akibat penyakit kusta ini aktivitas Geby jadi terhambat dan fisiknya tidak lagi seperti dulu.
Beruntung Gebi ditemukan oleh relawan NLR Indonesia dan mendapatkan pengobatan yang mumpuni. Ketika merasa sudah lebih baik, Geby belajar menenun di sebuah yayasan sosial. Ia menyadari bahwa kondisi fisik tidak menghalangi untuk mencari penghasilan sendiri tanpa membebani orang lain. Walaupun kaki lumpuh, tapi tangan bisa tetap digunakan. Jadi menenun menjadi pilihan yang bisa dilakukan untuk membangun skill dan kepercayaan diri.
Seperti Geby, para penderita kusta lainnya tidak perlu putus asa, ada banyak peluang yang bisa dilakukan. Ada NLR Indonesia yang melakukan pendampingan dan memberikan banyak wawasan serta informasi yang dibutuhkan.
Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas
Dunia usaha sekarang sudah berubah karena persaingan yang ketat sehingga memaksa untuk membuat inovasi. Oleh karena itu diperlukan Skil yang mumpuni untuk bersaing. Sekarang untuk mencari pegawai tidak lagi melihat mobilitas maupun kondisi fisik, tapi dari karya dan Skil yang dihasilkan.
Hal ini disampaikan oleh Agustina Ciptarahayu atau yang akrab dipanggil mbak Tina, CEO dan Founder Botanina dalam webinar yang menjadi judul postingan Blog SobatMuda kali ini. Botanina belajar bahwa tidak semua kekurangan fisik dijadikan alasan untuk berkarya. Buktinya tangan kanan Founder sendiri termasuk disabilitas, namun ternyata dia memiliki kelebihan dalam kondisinya. Yakni bsa mencium aroma dengan tajam dan akurat.
Botanina sendiri adalah perusahaan yang bergerak bidang health and beauty. Perusahaan ini memiliki produk perawatan kesehatan personal care untuk anak-anak dan bayi. Dalam menciptakan produk yang akan dipasarkan, salah satu skill yang harus dimiliki adalah menciptakan aroma yang menawan. Selain menjual fungsi produk, Botanina juga pengen menciptakan aroma yang menyenangkan sehingga produk diterima dengan baik oleh masyarakat.
Karena Produk kesehatan dan kecantikan Botanina asalnya dari bahan-bahan alami, terkadang ada sedikit perubahan aroma dari bahan yang digunakan karena berbagai sebab. Oleh karena itu diperlukan orang yang memiliki kemampuan lebih dalam memastikan kualitas aroma produk seperti tangan kanan Bu Tina. Dibalik kekurangan fisik yang dimiliki, ada kelebihan lain yang bisa diandalkan.
Menurut Bu Tina, sebelum pandemi Botanina melakukan magang untuk karyawan baru baik yang disabilitas maupun non disabilitas. Dalam magang tersebut bisa diketahui Skill dan kemampuan karyawan. Nanti juga diarahkan bagaimana mengembangkan Skil yang dimiliki supaya dapat bekerja dengan efisien.
Tidak ada pembedaan dalam perekrutan karyawan. Saat PPKM seperti sekarang ini, kegiatan magang sudah dinonaktifkan. Tapi jika ada yang punya ide baru atau membutuhkan skil-skil, diupayakan diadakan magang online.
Di Botanina sebenarnya tidak ada Fasilitas khusus untuk disabilitas. Sistem karyawannya sendiri ada yang fuul time yang harus ke kantor, ada part time dan freelance yang sesekali hanya datang ke kantor jika diperlukan. Kalau misalnya kondisi tidak memungkinkan dan tidak dapat ke kantor, semua laporan ataupun masalah kerjaan bisa dilakukan lewat online.
Berdasarkan pengalaman Bu Tina, jenis disabilitas juga lumayan banyak, kebutuhan antara disabilitas satu dengan disabilitas lainnya berbeda. Penyesuaian disabilitas tidak bisa detail, misalnya pencahayaan lampu, font tulisan dll. Yang dibutuhkan sebuah perusahaan bukanlah fisik pekerjanya, namun lebih pada kemampuan dan Skill.
Baca juga : Sarjana Bina Masyarakat Jadi Wirausaha
Setiap perusahaan menurut Bu Tina memiliki peluang untuk merekrut disabilitas. Tinggal di sesuaikan saja dengan kapasitas perusahaan masing-masing. Sementara menurut Ibu Widia, dari MLR Indonesia terkait fasilitas dalam kerja bagi disabilitas, yang penting adalah penerimaan dari sesama rekan kerja.
Diperlukan pemahaman tentang kebutuhan dan kemampuan disabilitas tersebut. Misalnya yang memiliki tangan kidal, tentunya gak perlu dicegah jika menggunakan tangan kiri dalan melakukan banyak hal. Walaupun itu bukan norma yang baik di masyarakat. Dengan penerimaan dari sesama para disabilitas menjadi lebih nyaman.