Angka pengangguran di Jawa Timur memang sungguh memprihatinkan. Apalagi itu terjadi di usia produktif. Dari data di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jatim, 27,30 persen dari 37 juta penduduk Jatim atau 10,10 juta jiwa adalah pemuda dari rentang usia 16 hingga 30 tahun. Dari jumlah pemuda itu, 17,31 persen atau 1,7 juta masih pengangguran alias belum memiliki penghasilan.
"Ini yang menjadi perhatian serius kita. Bagaimana mereka mendapat lapangan pekerjaan untuk mengurangi kemiskinan," ujar Kadispora Jatim, Ali Saroni.
Dispora Jatim yang juga menangani masalah pemuda selain olahraga, merasa bertanggung jawab untuk menyalurkan para pemuda ini untuk tidak lagi menjadi pengangguran. "Justru mereka harus menciptakan lapangan pekerjaan," tambahnya.
Dispora Jatim melalui bidang kepemudaan berusaha untuk memberikan pelatihan-pelatihan baik secara individu maupun organisasi. Misalnya melalui program Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP), Sarjana Pelopor Pembangunan Pedesaan (SP3), Pemuda Pelopor dan sebagainya. Diharapkan dengan cara ini pemuda bisa menjadi pelopor di daerah masing-masing.
"Kami kembangkan potensi yang ada. Misalnya garmen, wirausaha, teknologi tepat guna dan sebagainya," tutur Ali.
Berkat usaha ini, Dispora Jatim dua tahun berturut-turut mendapatkan juara umum pemuda pelopor. "Semua yang kami lakukan ini disesuaikan dengan potensi-potensi lokal terutama untuk sentra-sentra kewirausahaan," tandas Ali.
Dikatakan Kepala Bidang Kepemudaan Dispora Jatim, Supriyadi, masalah kepemudaan memang sangat penting untuk diperhatikan. Karena pemuda adalah pemegang tongkat estafet untuk kemajuan sebuah Negara dan daerah di masa mendatang. Karena itu, masalah kepemudaan di Indonesia itu ditangani oleh 21 departemen. Namun, Departemen Pemuda dan Olahraga khusus menangani masalah sumber daya manusia (SDM). “Jadi kami ini non politik. Bagaimana mengembangkan pemuda itu agar bisa bermanfaat dan berdaya guna,” tutur Supriyadi.
"Ini yang menjadi perhatian serius kita. Bagaimana mereka mendapat lapangan pekerjaan untuk mengurangi kemiskinan," ujar Kadispora Jatim, Ali Saroni.
Dispora Jatim yang juga menangani masalah pemuda selain olahraga, merasa bertanggung jawab untuk menyalurkan para pemuda ini untuk tidak lagi menjadi pengangguran. "Justru mereka harus menciptakan lapangan pekerjaan," tambahnya.
Dispora Jatim melalui bidang kepemudaan berusaha untuk memberikan pelatihan-pelatihan baik secara individu maupun organisasi. Misalnya melalui program Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP), Sarjana Pelopor Pembangunan Pedesaan (SP3), Pemuda Pelopor dan sebagainya. Diharapkan dengan cara ini pemuda bisa menjadi pelopor di daerah masing-masing.
"Kami kembangkan potensi yang ada. Misalnya garmen, wirausaha, teknologi tepat guna dan sebagainya," tutur Ali.
Berkat usaha ini, Dispora Jatim dua tahun berturut-turut mendapatkan juara umum pemuda pelopor. "Semua yang kami lakukan ini disesuaikan dengan potensi-potensi lokal terutama untuk sentra-sentra kewirausahaan," tandas Ali.
Dikatakan Kepala Bidang Kepemudaan Dispora Jatim, Supriyadi, masalah kepemudaan memang sangat penting untuk diperhatikan. Karena pemuda adalah pemegang tongkat estafet untuk kemajuan sebuah Negara dan daerah di masa mendatang. Karena itu, masalah kepemudaan di Indonesia itu ditangani oleh 21 departemen. Namun, Departemen Pemuda dan Olahraga khusus menangani masalah sumber daya manusia (SDM). “Jadi kami ini non politik. Bagaimana mengembangkan pemuda itu agar bisa bermanfaat dan berdaya guna,” tutur Supriyadi.
Tags:
Info Lain