Dalam gemuruh riuhnya suara tawa dan deru teknologi informasi yang menggelegar, sebuah inisiatif luar biasa terbentuk sebagai wujud perlawanan terhadap perangkat digital yang semakin merajalela di era modern. Letusan inisiatif itu berasal dari Kampung Lali Gadget, yang terletak di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Di beberapa tahun terakhir, kampung ini menjadi saksi bagi ratusan anak-anak dari segala penjuru yang bermain dengan riang gembira dalam serangkaian permainan tradisional. Ada egrang, bakiak, permainan sarung dan masih banyak lagi lainnya.
Tidak seperti anak-anak pada umumnya yang kerap terpaku pada layar gadget atau terikat dengan dunia maya, anak-anak yang datang akan diajak berkecimpung langsung dalam permainan-permainan yang telah mengakar kuat dalam budaya leluhur. Dari perlombaan bakiak yang menegangkan hingga balap daun yang penuh keceriaan, Kampung Lali Gadget menghadirkan suasana riang gembira yang jarang terdengar di tengah hingar bingar teknologi digital.
Melangkah lebih dalam ke dalam kampung ini, berbagai alat permainan tradisional terpampang, seolah mengundang untuk selalu dimainkan. Sejumlah permainan tradisional yang telah mengalami evolusi seiring bergulirnya waktu kerap kali dimainkan dengan riang gembira.
Permainan mengejar sepatu kuda dengan penuh semangat, berlomba dalam balap kreweng yang seru, dan menikmati sensasi terjun ke dalam lumpur sawah yang lembut di kaki menjadi pemandangan yang tidak asing. Dalam momen yang terasa ajaib ini, penghuni Kampung Lali Gadget merayakan kegembiraan anak-anak seperti sebuah simfoni yang mengalun indah di tengah hamparan hijau desa.
Adalah Achmad Irfandi, pemuda berusia 28 tahun yang terinspirasi untuk menciptakan Kampung Lali Gadget, berbicara tentang awal mula inisiatif ini tercetus. Irfandi mengakui bahwa dorongan kuat untuk menciptakan ruang bermain yang aman dan bermanfaat bagi anak-anak datang dari keprihatinannya akan dampak negatif gadget pada generasi muda. Pada tahun 2018, bersama dengan sejumlah pemuda desa lainnya, Irfandi memutuskan untuk mengubah dorongan ini menjadi aksi nyata.
"Kami merasa prihatin melihat anak-anak yang semakin cenderung terisolasi akibat kecanduan gadget. Mereka mulai melupakan permainan tradisional dan bahkan kehilangan kontak sosial dengan lingkungan sekitar," papar Irfandi, sembari berbagi cerita tentang motivasi di balik Kampung Lali Gadget.
Menurut Irfandi, gadget dan teknologi digital adalah bagian tak terpisahkan dari zaman kita yang terus bergerak maju. Namun, dia menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia digital dan nilai-nilai budaya lokal. Kampung Lali Gadget hadir sebagai bentuk keseimbangan ini, tempat di mana anak-anak dapat bermain dengan gembira tanpa melupakan akar budaya mereka.
Area bermain lumpur yang menjadi ciri khas Kampung Lali Gadget bukanlah sekadar area bermain biasa. Di sinilah anak-anak diberi kebebasan untuk menikmati sensasi bermain lumpur tanpa ada kekhawatiran akan teguran orang tua. Tertawanya mereka yang bersahut-sahutan saat terperosok dalam lumpur menjadi bukti nyata betapa berharganya momen kebebasan ini.
Irfandi menjelaskan, "Area bermain lumpur ini adalah cara kami untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada anak-anak. Mereka bisa merasakan kebebasan dan keceriaan dalam bermain tanpa khawatir akan kekotoran atau teguran."
Namun, Kampung Lali Gadget bukan sekadar tempat bermain semata. Irfandi menyadari bahwa di balik setiap permainan, terdapat nilai-nilai pendidikan dan karakter yang dapat tumbuh. Ia merasa bahwa permainan tradisional mengajarkan banyak hal kepada anak-anak, mulai dari kerja sama dalam tim, disiplin, hingga keuletan dalam menghadapi tantangan.
"Anak-anak belajar melalui permainan. Mereka belajar untuk menghargai kerja tim, mengatasi kegagalan, dan berinteraksi dengan teman sebaya. Semua ini adalah pelajaran berharga yang akan membantu mereka dalam kehidupan," ujar Irfandi.
Saat ini, Kampung Lali Gadget telah menjadi tempat yang menginspirasi banyak orang, baik dari dalam maupun luar desa. Banyak yang datang untuk melihat sendiri kegembiraan anak-anak yang terlibat dalam permainan tradisional, sekaligus mengambil inspirasi untuk mengembangkan inisiatif serupa di tempat mereka masing-masing.
"Kami sangat senang melihat reaksi positif dari masyarakat sekitar. Banyak yang tertarik dan ingin berkontribusi untuk menjaga keberlanjutan Kampung Lali Gadget. Kami berharap semakin banyak anak-anak yang dapat merasakan kegembiraan seperti ini di masa depan," tutup Irfandi dengan senyum tulus.
Melalui Kampung Lali Gadget, Achmad Irfandi telah membuktikan bahwa pesona permainan tradisional tidak pernah pudar, meski di tengah arus teknologi digital yang deras. Inspirasi dari kisahnya mengajarkan kepada kita semua pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia modern dan akar budaya kita yang kaya. Dan yang lebih penting, Kampung Lali Gadget adalah pengingat yang indah bahwa tawa dan kegembiraan anak-anak tetap menjadi aset tak ternilai dalam membangun masa depan yang lebih baik.