Perahu kecil itu melaju pelan di antara riak Sungai Kakap. Di atas perahu itu, terlihat perempuan tangguh yang sedang menatap riak-riak Sungai yang terbelah. Dibahunya tersampir ransel yang isinya tentu saja buku-buku dan bahan untuk berkegiatan. Senyumnya merekah, menyambut asa yang bersinar.
![]() |
Profil Siti Badariah (sumber Ig @badariah_tanjung) |
Nama aslinya adalah Siti Badariah. Di media sosial, lebih suka mencantumkan nama Badariah Tanjung sebagai identitas dirinya. Ia bukan pejabat, bukan pula influencer terkenal. Namun dari desa kecil bernama Tanjung Saleh, ia menyalakan api literasi yang menerangi banyak hati. Di dunia maya, ia dikenal melalui akun Instagram @badariah_tanjung, tempat ia berbagi perjalanan literasi dan kegiatan di @kampungbacatansal.
Siti Badariah atau yang dikenal dengan nama kak Badar, lahir dan besar di Desa Tanjung Saleh, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ia menempuh pendidikan hingga jenjang Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Tanjungpura, Pontianak. Kini ia aktif sebagai pendidik dan penggerak literasi di kampung halamannya.
Sehari-hari, Kak Badar dikenal sederhana. Ia sering menyebut dirinya “relawan yang sedang belajar dari kampung.” Baginya, literasi bukan sekadar membaca buku. Literasi adalah jalan untuk belajar bersama, bertumbuh, dan mengubah masa depan.
Awal yang Sederhana, Semangat yang Besar
Kisah pejuang bidang pendidikan ini dimulai sekitar tahun 2017. Saat itu, Tanjung Saleh sudah memiliki perpustakaan desa. Sayangnya, perpustakaan itu berada di dalam kantor desa. Anak-anak jarang berani masuk. Orang dewasa pun enggan datang.
“Buku-bukunya hanya berdiri di rak, tapi tak pernah benar-benar hidup,” kata kak Badar dalam satu wawancara.
Ia lalu berinisiatif memindahkan buku-buku itu ke rumah warga. Meskipun tempatnya kecil, namun terasa hangat. Anak-anak datang tanpa rasa takut, duduk lesehan sambil membuka halaman pertama mereka.
![]() |
anak-anak yang datang membaca di kampung baca Tansal (sumber gambar Ig @badariah_tanjung) |
Membaca dari Rumah ke Rumah
Bersama teman-temannya, Badariah mengajak anak-anak datang membaca. Ia juga mengetuk pintu para orang tua, meminta izin agar anak-anak boleh ikut belajar. Kadang mereka membaca di teras rumah. Kadang di bawah pohon kelapa yang rindang. Di mata Badariah, satu anak yang membaca buku adalah satu masa depan yang diselamatkan.
Perahu Baca: Buku yang Menyeberangi Sungai
Tanjung Saleh bukan daerah yang mudah dijangkau. Kampung ini dikelilingi sungai dan rawa. Namun keterbatasan bukan alasan untuk berhenti. Dari sinilah lahir gagasan Perahu Baca. Perahu sederhana menjadi “perpustakaan terapung.”
Setiap pekan, perahu itu menyeberang membawa buku ke anak-anak di seberang kampung. Kadang disambut tawa, kadang dengan hujan yang mengguyur. Namun setiap perjalanan selalu berbuah senyum.
![]() |
Sumber gambar : Ig @badariah_tanjung |
Ahad Cerdas dan Sekolah Orang Tua
Badariah tak hanya meminjamkan buku. Ia juga menciptakan program Ahad Cerdas, kegiatan setiap Minggu yang diisi dengan bermain, bercerita, dan belajar bersama.
Anak-anak belajar menghitung, menggambar, bahkan membuat kerajinan. Semua kegiatan dilakukan di rumah baca yang sederhana, tapi penuh semangat.
Untuk para orang tua, ia mendirikan Sekolah Orang Tua. Di sini, para ibu belajar membaca dan menulis. Karena bagi Badariah, literasi tidak berhenti pada anak-anak saja. Ia adalah hak semua generasi.
Dari Kampung Kecil ke Penghargaan Nasional
Tahun 2021 menjadi titik bersejarah. Siti Badariah menerima SATU Indonesia Awards dari Astra, kategori pendidikan. Ia tak menyangka, kerja sederhana dari kampung kecil bisa dikenal hingga ke tingkat nasional. Namanya kerap hadir mengisi banyak kegiatan literasi di Kalimantan.
Penghargaan-penghargaan yang diterima itu bukanlah akhir, justru menjadi awal untuk bergerak lebih jauh. Kampung Baca Tansal kini berkembang menjadi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Ada kelas keaksaraan, bimbingan belajar, dan kegiatan keterampilan. Relawan-relawan muda mulai bergabung. Mereka ini talenta-talenta muda yang energik. Anak-anak bisa terus tumbuh dengan semangat baru.
Media sosial menjadi jendela cerita mereka. Melalui akun @kampungbacatansal, kita bisa melihat potret kehidupan literasi di kampung air. Foto-foto sederhana yang menyimpan sejuta makna. Tentang kerja senyap yang terus menyalakan cahaya literasi. Beberapa dusun di sekitar Tanjung Saleh juga ikut bergeliat, ada beberapa titik baca yang sudah berdiri di sana.
Tantangan dan Harapan
![]() |
Siti Badariah bersama Relawan Kampung Baca Tansal (sumber gambar Ig @badariah_tanjung) |
Hidup di kampung air bukan perkara mudah. Kadang air pasang merendam lantai rumah baca. Kadang relawan tak bisa datang karena cuaca buruk. Namun semangat Badariah tak pernah surut.
Ia bermimpi memiliki gedung baca yang lebih layak. Tempat anak-anak bisa membaca tanpa takut hujan atau banjir. Tempat yang nyaman untuk belajar, berdiskusi, dan tumbuh bersama.
Siti Badariah adalah simbol ketulusan. Dari kampung kecil di Kalimantan Barat, ia mengajarkan arti kata berbuat. Bahwa perubahan tak harus menunggu fasilitas. Cukup dengan niat, tekad, dan seikat buku di tangan.
Kampung Baca Tansal mungkin sederhana. Namun di sana, anak-anak belajar bermimpi. Mereka mengenal dunia lewat huruf, kata, dan kisah. Dan semuanya berawal dari seorang perempuan yang tak pernah lelah percaya bahwa satu buku bisa menyalakan cahaya di tengah kegelapan.
Kisah Siti Badariah menjadi inspirasi bagi banyak pegiat literasi di Indonesia. Termasuk bagi Sobatmuda semuanya. Tulisan ini sebagai bagian dari gerakan menulis harian #APA2025-ODOP/PLM/BLOGSPEDIA. Sebuah ruang untuk terus berbagi kisah inspiratif dari pelosok negeri.